[Fanfic] Lasting Love (Chapter 1 : Until We Meet Again)

Sabtu, 14 Agustus 2010

Saya resmi menjadi anggota FanFiction.net! *ngga ada yang nanya* Ini fanfic pertamaku. Jadi ff pertama juga di fandom NG Life. Silahkan dinikmati :D

Disclaimer : NG Life by Kusanagi Mizuho
Pairing : Syricuse (Sirix) & Selena (Serena)
A/N : Fanfic pertamaku, di NG Life menjadi FF pertama sepertinya hohoho. Mohon di baca dan di review. Makasih :D

Lasting Love
(Chapter 1 : Until We Meet Again)

Pagi itu aku habiskan dengan seseorang yang paling kucintai dalam semilir hembusan angin Pompeii yang menyejukkan hati. Kicauan burung Pompeii di bukit itu mengiringi canda tawaku bersama Selena, seorang wanita tercantik dengan rambutnya yang hitam bagai eboni. Dialah istriku.

Sesekali aku bertanya,

Apakah kebahagiaan ini akan berakhir? Sebuah pertanyaan retoris yang tak pernah ingin kudengar jawabannya.


Menjelang siang, sahabat terbaikku datang menyusul kami. Loreius namanya. Seorang pemuda, berambut pirang agak panjang, pengabdi keluarga Nona Aglaia Felix sepertiku.

"Syricuse, Selena!" serunya sambil melambaikan tangan kanannya dan terlihat tangan kirinya membawa sebuah bungkusan.

"Hei Loreius." jawabku sambil tersenyum.

"Siang Loreius." sapa Selena dengan anggun.

"Aku membawakan kalian roti." kata Loreius sambil mengangkat bungkusan bawaannya. "Ayo kita makan sama-sama." tambahnya sambil tersenyum.

Kami pun memakan roti bawaan Loreius sama-sama sambil menikmati pemandangan kota Pompeii yang damai dari atas bukit.

Semakin siang, udara bagai ingin mendidihkan kulit kami. Tidak biasanya kota Pompeii sepanas ini. Kami merasa ada yang aneh dengan Pompeii kali ini. Sebuah getaran muka bumi mengagetkan kami bertiga. Getaran seperti ini memang sudah biasa terjadi di Pompeii, namun kali ini terasa agak aneh. Sudah beberapa hari lalu gempa terus terjadi. Seakan-akan ingin merobohkan peradaban kota Pompeii yang abadi.

Aku, Selena, dan Loreius segera ke kota. Kami menuju rumahku dan Selena. Dalam perjalanan bisa kami rasakan hawa panas yang semakin memuncak, yang sebenarnya adalah hawa kepedihan Kota Pompeii. Aku menuju salah satu sumur di dekat rumahku dan Selena untuk mengambil air minum. Bagai lama tak berguna, sumur itu kering tanpa sedikitpun ada air di dinding-dinding sumur. Padahal biasanya sumur itu penuh dengan air, sumber kebahagiaan Kota Pompeii.

Kami baru menyadari sesuatu. Hawa panas ini berasal dari sebuah gunung berapi di Pompeii. Gunung Vesuvius yang dikenal sebagai gunung yang tak akan segan-segan memuntahkan lava panas. Gunung Vesuvius akan meletus! Setelah menyadari apa yang terjadi, orang-orang mulai berlalu-lalang, berusaha untuk melarikan diri.

"Aku akan menolong keluarga Felix." kata Loreius padaku sambil berlari ke tempat keluarga Felix dikurung.

Aku bingung harus memilih untuk menyelamatkan diri bersama Selena atau menolong Nona Aglaia yang dijebak oleh Dilos, yang sebenarnya adalah bawahan Brutus, musuh keluarga Felix, hingga Nona Aglaia dan keluarganya di penjara. Aku pun memutuskan dengan berat hati bahwa aku harus menolong Nona Aglaia sebagai abdi setia keluarga Felix.

"Pergilah bersama yang lain ke pelabuhan." seruku pada Selena yang masih menunggu di depan sebuah bangunan yang penuh dengan kenangan-kenangan manis kami berdua. Aku bisa merasakan hawa panas dari gunung Vesuvius yang hendak memuntahkan amarahnya dalam guyuran lahar panas pada penduduk kota Pompeii.

"Tidak, aku akan menunggumu disini." Selena menggeleng-gelengkan kepalanya. Rambut hitamnya bergerak seirama dengan gelengan kepalanya. "Kalau kau ingin hidup, kembalilah padaku." tambah Selena sambil tersenyum.

"Mungkin aku tidak akan kembali." kataku sambil memalingkan muka. Aku tak sanggup melihat Selena saat aku mengatakan kata-kata itu. Seseorang yang paling kucintai di dunia ini. Aku tak sanggup melepasnya.

"Kalau begitu, aku juga tidak akan hidup di dunia ini sedetik lebih lama lagi." kata Selena sambil tersenyum. Saat itu juga aku terkejut dengan perkataan Selena.

"Selena..." kataku sambil langsung memeluknya. Aku bisa merasakan gemetar tubuhnya yang ketakutan. Dalam senyumannya tadi juga tersirat sebuah kengerian.

"Sampai jumpa Selena." kataku seraya melepaskan pelukkan perpisahanku padanya. Aku pergi dan sesekali melihat ke arah Selena. Aku bisa melihat matanya berkaca-kaca. Ia menahan tangisnya untukku.

Terimakasih Selena.


To Be Continued

Bagaimanaaaaa? Bagus nggaaaaa? Kata temenku sih mending di lanjutin. Tapi aku juga ngga tahu hihi. Gimana pendapat kalian? ^^

0 komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape Online Copyright Protection Checker