[Fanfic] Lasting Love (Chapter 2 : First Time I Met Her)

Jumat, 08 Oktober 2010

Akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkannya nyo! Monggo silahkan dibaca yaaa....


Warning : Aneh, gj, ngga jelas, dan lain sebagainya hahaha
A/N : Yeeeeeeeeee! Akhirnya jadi juga Chapter 2 nya! Setelah dikasih tau kanna chan mendingan dibuat chapter duanya. Dan setelah melihat review review, sepertinya emang aneh kalo ngga ada chapter duanya. Sama aja kayak bukan ff jadinya. Hahahaha. Yasudah deh silahkan membaca ff saya yang aneh ini...


Lasting Love
(Chapter 2 : First Time I Met Her)

Aku memikirkan Selena tanpa henti. Aku tak pernah bisa melepasnya dari hatiku. Terlebih melepasnya pada takdirku yang berujung kematian. Aku teringat saat pertama kali aku bertemu dengannya.

5 tahun lalu...

Aku sedang duduk berteduh dibawah sejuknya pepohonan yang ada di sepanjang Sungai Sarnus. Terlihat seorang gadis nan rupawan sedang memetik beberapa buah anggur di kebun milik Tuan Garon yang ada di seberang sungai. Aku memperhatikan gadis itu dengan seksama. Gadis itu sangat cantik dalam balutan busana sutra sewarna langit pada hari itu.


Sebuah kalung indah tersemat di leher mungilnya. Menyemarakkan kecantikan gadis itu, Ditambah sebuah mahkota dari bunga saling silang bertengger di rambutnya yang hitam menyejukkan. Sungguh gadis tercantik yang tak ada dua.

Tiba-tiba terdengar suara bilah pedang yang saling beradu. Aku tersentak karena kaget. Perang pasti dimulai kembali. Segera kuberanjak berdiri. Dan saat aku kembali melihat gadis tadi, aku mendapati gadis cantik itu terkulai lemah. Sebuah anak panah menancap di bahu kanannya. Melemahkan tiap-tiap denyut nadinya seiring waktu berlalu.

Tanpa berbasa-basi, aku langsung berenang menyeberangi Sungai Sarnus, dengan satu tujuan, menyelamatkan gadis itu.

Kudapati gadis itu semakin melemah. Gaun sutranya ternodai merah darah, menutupi indahnya warna biru langit yang meneduhkan raga. Kucabut panah pembunuh itu dari bahunya. Kubasahi luka gadis itu dengan sucinya air Sarnus. Bingung mau menggunakan apa untuk menutupi luka gadis itu, kurobek sebagian kain dari tunikku yang tidak sebanding dengan nyawa gadis itu. Kubalut luka gadis itu sekencang mungkin agar ia tidak kehilangan semakin banyak darah. Saat kuseka keringat dikeningnya, aku bisa merasakan hawa dingin merasuk pilu dalam sukma.

Aku angkat gadis itu dan aku berniat membawanya pada Tuan Rastel, seseorang yang kukenal sebagai penyembuh paling hebat di Pompeii. Jarak yang jauh berkali-kali membuat kakiku hampir menyerah. Namun akhirnya aku bisa membawanya pada kediaman Tuan Rastel.

"Tuan Rastel!" teriakku memecah keheningan. Namun tak ada yang menjawab.

"Tuan Rastel!" teriakku kembali sambil membaringkan gadis berambut hitam itu di sebuah tempat duduk yang terbuat dari anyaman kayu.

Kulihat seorang wanita tua keluar dari rumah itu. Dia adalah istri Tuan Rastel. "Lho? Nak Syricuse mencari Rastel? Rastel 'kan lagi ada di Napoli untuk seminggu ini."

DEG!

Kusadari aku melupakan hal yang paling penting. Tuan Rastel sedang berada di Napoli untuk merawat korban yang terluka akibat perang. Tanpa memikirkan apapun lagi aku segera mengangkat kembali gadis itu dan berlari membawanya ke kediaman penyembuh terdekat. Lima menit aku mencari dan hasilnya nihil. Dalam keputusasaan, akhirnya kutemukan sebuah klinik penyembuhan.

"Tuan! Tolong Tuan! Ada orang yang terluka!" teriakku didepan klinik itu.

Tak lama seorang pria setengah baya keluar dari klinik tersebut. Ia mengenakan tunik berwarna putih tulang. Saat melihat gadis itu, ia langsung terlonjak. Segera saja ia bawa gadis itu kedalam klinik tersebut dan mengobatinya. Aku menunggu diluar seraya berdoa agar gadis itu tidak kehilangan nyawanya.

Satu jam berlalu dan aku memutuskan untuk masuk ke dalam klinik itu dan mengecek keadaan gadis itu. Kudapati gadis itu terbaring lemah diatas sebuah ranjang dari kapuk. Tak henti-henti keringat dingin menyusup keluar dari kening gadis itu. Kulihat penyembuh yang merawat gadis itu duduk diam menunggu perkembangan selanjutnya.

Aku mendekat ke tempat gadis itu berbaring. Aku bisa melihat gadis itu mulai siuman. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Lalu gadis itu menatapku setelah itu menatap Tuan yang menyembuhkannya.

"Ayah?" gadis itu memanggil Tuan itu dengan sebutan ayah! Aku merinding karena kaget.

"Selena. Kau sudah sadar?" tanya Tuan itu seraya beranjak dari tempat duduknya. Kusadari ada kemiripan diantara keduanya. Mereka sama-sama berambut hitam dengan mata yang sangat mirip.
"Ayah? Aku dimana?" tanya gadis bernama Selena itu pada ayahnya.

"Kau di klinik ayah. Selena, tadi kau terkena panah dari tentara musuh. Sedang apa kamu, Selena? Pasti kamu berkeliaran di kebun anggur Tuan Garon lagi." Ayah Selena memarahinya. Biarpun aku tahu, Ayahnya itu marah karena takut kehilangan anak gadisnya itu.

Selena mulai menyadari bahu kanannya terasa sakit. Ia pun kembali menatap Ayahnya.

"Maafkan aku Ayah." seru Selena dan tanpa sadar ia meneteskan air matanya. Aku bisa melihat perlahan, butiran butiran air mata mulai membasahi pipinya.

"Untungnya ada pemuda itu yang menolongmu. Kalau tidak, apa jadinya." kata Ayah Selena tanpa menggubris permintaan maaf anaknya itu.

Selena berpaling menatapku. Selama sedetik kurasakan jantungku berhenti berdetak. Kulihat senyuman kecil tersimpul di bibir gadis itu.

"Terimakasih. Siapa namamu?" ucap Selena seraya menatap mataku dalam-dalam.

"A... Aku? Aku Syricuse." aku menjawab dengan gugup. Mungkin jika aku bisa bercermin saat itu, aku akan mendapati pipiku diwarnai semburat warna merah.

"Terimakasih banyak Tuan Syricuse." ucap gadis itu kembali sambil tersenyum lebar. Aku merasa jantungku berdegup kencang saat ia mengucapkan namaku untuk pertama kalinya.

***

Sejak saat itu, aku menjadi dekat dengan Selena. Aku mengetahui tentang keluarganya. Ayahnya adalah seorang penyembuh dan ibunya sudah lama meninggal. Tepatnya ketika melahirkan Selena.

"Tuan Syricuse!" panggil Selena. Kulihat ia membawa keranjang besar. Ia segera duduk disampingku. 

"Ini kubawakan anggur." serunya seraya membuka keranjang itu dan menampakkan banyak buah berwarna ungu itu. Aku mengambil sebagian anggur itu dan memakannya. Menikmatinya dalam semilir wangi musim semi kala itu, dengan seseorang yang sangat spesial bagiku.

"Selena?" panggilku padanya.

"Ya Tuan Syricuse? Ada apa?" jawab gadis itu tanpa memalingkan wajahnya yang sedang menatap jernihnya Sungai Sarnus.

"Kenapa kau suka anggur?"

"Itu ada hubungannya dengan ibuku."

"Kalau boleh tau-"

Selena langsung melanjutkan ceritanya, "Ayah bilang Ibuku sangat menyukai anggur. Menurutnya, warna ungu anggur itu bisa meneduhkan jiwa. Setiap rasa manis dari anggur bisa membuat kita mengerti dan lebih menghargai kehidupan yang sebenarnya selalu terasa manis ini. Aku pun setuju dengan ibu. Andai saja ibu masih ada..."

Aku menatap Selena. Kulihat pandangannya kosong menatap ke percikkan air yang terus menghantam bebatuan yang menghalangi jalannya. Kulihat mata gadis itu berkaca-kaca. Namun ia berusaha menahan air mata itu terjatuh.

Selena pun tersenyum dan menatap ke arahku. "Tapi aku yakin ibu sedang menatapku sekarang ini dari alam sana. Terus memberi semangat padaku agar bisa merasakan kehidupan yang semanis anggur."

Aku hanya tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

2 tahun kemudian...

"Aku mencintaimu Selena. Aku merasa kaulah gadis yang ditakdirkan sebagai istriku. Maukah kau menyetujui takdir itu dengan menikahiku?" aku memberanikan diriku menyatakan perasaan yang sejak lama kupendam.

"Aku menyetujui takdir itu Tuan Syricuse dan aku bersedia menjadi pendamping hidupmu. Mari kita jadikan hidup kita semanis anggur." Selena menyetujuinya dan memperlihatkan senyumannya yang paling indah padaku.

Tak lama kemudian aku menikahi gadis yang sejak pertama kumelihatnya, aku jatuh cinta padanya. Kami menjalani hidup bahagia kami sampai saat Gunung Vesuvius hendak memisahkan kami saat ini.

To Be Continued

Nah begitulah gj banget banget bangeeeeet kan? Hahahahaahaaa. Maklum aja yaaaaaaaaa... Tapi saya tetap berharap kalian menyukai cerita ini... ^^

0 komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape Online Copyright Protection Checker